Cerita Dongeng Anak Lucu Mengandung Pesan Moral dan Religi

Kisah Penjual Tempe merupakan cerita dongeng anak yang mengandung pesan moral dan religi yang sangat baik. Cerita dongeng anak ini cukup mengharukan tetapi mengandung unsur lucu atau humor.

Hai kawan-kawan, perkenalkan nama saya .... Kali ini saya akan membawakan sebuah cerita dengan tema keimanan dan ketaqwaan yang berjudul "Kisah Penjual Tempe". Begini ceritanya... 

KISAH PENJUAL TEMPE

TRIBUNJATIM.COM/ARIE NOER RACHMAWATI Ilustrasi pedagang tempe 

Al kisah, di sebuah desa Seruni hiduplah seorang laki-laki bernama Mad Kaji ia tinggal bersama dengan Ibu dan 3 orang anaknya. Mad Kaji merupakan laki-laki yang penyabar dan rajin beribadah. Keseharian yang dilakukan Mad Kaji membuat tempe untuk dijual ke pasar sebagai mata pencaharian pokok. Mad Kaji selalu membuat tempe pada sore hari, sehingga pada pagi hari tempe sudah matang atau dalam bahasa harian tidak mondol.

Pada suatu hari Mad Kaji terlambat dalam membuat tempe, ia membuat tempe pada malam hari, karena pada hari itu ia pergi kerumah saudaranya yang sedang ada hajatan sehingga pulang sampai sore menjelang malam. Ia pun langsung membuat tempe untuk dijual keesokan harinya

Dengan harap-harap cemas, akhirnya ia pun dapat menyelesaikan pekerjaanya. Sebelum tidur ia menyempatkan untuk sholat malam, seperti kebiasaan yang sering ia lakukan. Setelah selesai ia berdoa “Ya Allah, semoga tempe yang saya buat tidak mondol. Penghasilanku dari hasil berjualan tempe, untuk makan, minum dan kebutuhan rumahku”. Kemudia Mad Kaji menuju kamar tidur untuk istirahat. 

Pada saat terdengar adzan subuh ia terbangun dan segera mengambil air wudlu untuk segera melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat ia tak lupa berdoa “Ya Allah, semoga tempe yang saya buat tidak mondol. Penghasilanku dari hasil berjualan tempe, untuk makan, minum dan kebutuhan rumahku”. Setelah itu ia pergi ke belakang untuk menengok tempe yang telah dibuatnya. Dengan wajah yang cemas dibukalah kain penutup tempe tersebut. Betapa terkejutnya, ternyata tempe tersebut masih mondol.

Dengan penuh harapan Mad Kaji pun segera berkemas membawa dagangannya tersebut kepasar. Sesampainya di pasar ia menggelar tempe tersebut sambil menawarkan kepada pembeli yang lewat.

“Bu... mau beli tempe bu...” Mad Kaji menawarkan daganganya kepada pembeli. “Tempenya sudah jadi pak?” tanya pembeli. “Belum bu” jawab Mad Kaji. Beberapa kali terlihat pelanggan menghampiri dagangan MAD KAJI tetapi tidak jadi membeli karena tempe masih mondol. 

Matahari beranjak naik, sejenak MAD KAJI meninggalkan daganganya dan menutupnya dengan kain. Ia pergi ke masjid di sebelah pasar untuk sholat dhuha. Setelah sholat dhuha tak lupa ia berdoa “Ya Allah, semoga tempe yang saya buat tidak mondol. Penghasilanku dari hasil berjualan tempe, untuk makan, minum dan kebutuhan rumahku”. Seusai sholat ia kembali ke tempat jualan, dibukalah penutup tempe tersebut, ternyata... “Ya Allah... ternyata tempenya masih mondol”. 

Tanpa putus asa, ia terus menjajakan daganganya. Hingga adzan dhuhur terdengar, tempenya belum laku satupun. MAD KAJI segera menutup dagangannya dengan kain dan pergi ke masjid untuk sholat dhuhur. Setelah sholat, tak lupa ia berdoa “Ya Allah, semoga tempe yang saya buat tidak mondol. Penghasilanku dari hasil berjualan tempe, untuk makan, minum dan kebutuhan rumahku”. Ia pun bergegas kembali ke tempat jualannya. Ia segera mebuka kain penutup tempe, ternyata... “Ya Allah... ternyata tempenya masih mondol. 

Hingga matahari tergelincir ke barat, daganganya belum laku. Di tengah suasana pasar yang mulai sepi, terlihat seorang ibu yang menghampiri MAD KAJI. “Pak tempenya masih?” tanya ibu tersebut. “Ada bu, tapi masih mondol” jawab MAD KAJI. “Nah kebetulan sekali, saya butuh yang mondol untuk dibawa ke Jakarta, sehingga besok tempenya masih bagus. Kalau saya beli yang jadi besok sudah busuk” jawab ibu tersebut. Dengan wajah ceria MAD KAJI bertanya “Beli berapa bu?”. “Semuanya pak” jawab ibu itu. Dengan semangat ia membungkus semua tempe tersebut dan mengucap terima kasih pada pembeli tersebut. “Alhamdulillah, Ya.. Allah...” 

Dari cerita tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa Allah yang maha pengasih akan pasti akan mengabulkan doa-doa kita. Seandainya doa kita belum terkabul, Allah akan menggantikanya dengan kebaikan yang senilai, bahkan lebih baik dari yang kita minta.


2 komentar untuk "Cerita Dongeng Anak Lucu Mengandung Pesan Moral dan Religi"