Tiga Cara Bersyukur, Mazid Takkan Terputus

Berikut merupakan kajian tiga cara bersyukur kepada Allah, setiap saat kita hendaknya selalu bersyukur agar mazid dari Allah SWT takkan terputus


Syukur adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Sebab syukur adalah perintah Allah. Banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan dan mewajibkan kita untuk selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Dan buah dari syukur itu luar biasa, diantaranya adalah ditambahinya nikmat oleh Allah SWT.

Seperti pada firman Allah SWT pada QS. Ibrahim: 7 


“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah (nikmat itu) bagi kalian, dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya siksa Ku amat pedih.” 

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menjadikan tambahan (nikmat) bergantung kepada kesyukuran. Syukur adalah pengikat nikmat dan penyebab pertambahannya. Umar bin Abdul Aziz berkata, ikatlah nikmat-nikmat Allah  dengan bersyukur kepada-Nya. 

Ibnu Abu Dunya meriwayatkan, kepada seorang laki-laki dari Hamadzan Ali bin Abi Thalib berkata, “Sesungguhnya nikmat itu berhubungan dengan syukur. Sedangkan syukur berkaitan dengan mazid (penambahan nikmat). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya syukur dari hambanya.” 

Pada diri manusia,konsep syukur terbagi menjadi 3 bagian

Yang pertama : Bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita begitu banyak anugerah dan kenikmatan. Allah yang maha kaya pada dasarnya tidak membutuhkan rasa syukur kita, tetapi kitalah yang membutuhkan karena manfaatnya akan kembali kepada kita.

Bagaimana cara bersyukur kepada Allah?!

Syukur yang benar ada tiga rukun yang harus dipenuhi, sebagaimana definisi iman, yaitu:

1. Dengan hati. Hatinya benar-benar bersyukur kepada Allah, tergetar dan mengingat karunia Allah.

2. Dengan lisan. Lisannya memuji Allah, mengucapkan atau melafalkan alhamdulillah, sebagai wujud pembenaran hati.

3. Dibuktikan dengan amal perbuatan, yaitu dengan meningkatkan ibadah kepada Allah, dengan menjalankan perintah dan menjauhi laranganya.

Imam al-Ghazali rahimahullah menyebutkan, “Rasa syukur itu dinyatakan dengan mengetahui bahwa tiada pemberi kenikmatan selain Allah. Kemudian apabila engkau ketahui rincian-rincian nikmat Allah atas dirimu pada anggota-anggota badanmu, tubuh dan jiwamu, serta segala yang engkau perlukan dari urusan penghidupanmu, timbullah di hatimu kegembiraan terhadap Allah dan nikmat-Nya serta karunia-Nya atas dirimu. 

Yang kedua : Bersyukur kepada kedua orang tua. Kedua orang tua kita telah berjasa besar dalam mendidik dan membesarkan kita sebagai anak. Bersyukur kepada orang tua tentu saja dilakukan dalam rangka bersyukur kepada Allah. Sebagai anak dapat menunjukan rasa syukur tersebut dengan berbakti kepada kedua orang tua, mengerjakan nasihat-nasihat baik yang diberikan orang tua kita dan senantiasa mendoakan kebaikan bagi orang tua kita terutama setelah sholat. Dengan demikian kita tidak akan melanggar ketentuan-ketentuanya karena kita akan kembali kepadaNya dengan pertanggungjawabannya. Allah SWT berfirman


“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Lukman 14)

Yang ketiga : Bersyukur kepada manusia atau orang lain sebagai tanda terima kasih atas kebaikan mereka. Rasa terima kasih sudah selayaknya menjadi budaya kita terkait hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Dengan berterima kasih merupakan wujud pengakuan kita bahwa kita membutuhkan bantuan orang lain sekaligus dapat menuntun hati kita untuk mengingat Allah telah memberikan anugerah kepada kita melalui orang tersebut. 

Perihal karunia dan nikmat yang Allah berikan menjadikan manusia menjadi dua golongan yaitu ; golongan syukur dan kufur. Yang paling dimurkai Allah adalah kekufuran dan orang-orang kafir. Sedangkan yang paling dicintai Allah adalah kesyukuran dan orang-orang yang pandai bersyukur. 

Dan tatkala iblis mengerti nilai syukur, bahwa ia merupakan maqam tertinggi dan termulia, maka iblispun mencanangkan tujuan akhirnya adalah mengusahakan terputusnya manusia dari bersyukur. Allah menjelaskan tentang tekad iblis:

  “Lalu aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari samping kanan, dan dari samping kiri. Sehingga Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka pada bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 17)

Untuk itu kita harus selalu waspada dan membentengi diri terhadap bisikan setan yang bersemayam di otak kita, dan selalu mengingat dan bersyukur kepada Allah. Karena dengan hati yang “syukur”, hidup kita menjadi tenang, tenteram, dan bahagia tidak iri, dengki dan tamak.Dari kajian tersebut tepatlah kiranya dalam setiap keiatan yang kita lakukan selalu diawali dengan memanjatkan syukur kepada Allah untuk mengingatkan dan menuntun kita menjadi insan yang dicintai Allah SWT.

Wallahu a'lam bish-shawabi

Posting Komentar untuk "Tiga Cara Bersyukur, Mazid Takkan Terputus"