Tidak terasa kini kita telah berada di penghujung tahun 1443 H dan sesaat lagi kita akan memasuki tahun 1444 H. Momen pergantian tahun ini dapat dijadikan salah satu wahana untuk muhasabah atau introspeksi diri khususnya garis besar perbuatan atau amal yang telah kita lakukan di tahun ini.
Hendaklah kita meluangkan waktu sejenak untuk melihat diri kita sendiri dan amal yang telah kita perbuat pada hari-hari yang lalu, kemudian memperkuat keinginan untuk memperbaiki dan menambah amal kebaikannya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)
Dan dalam ayat lain dijelaskan bahwa dalam penciptaan ini alam, beserta isinya, beserta manusia yang ada di dalamnya, hendaklah dijalankan untuk ketaatan dan kemanfaatan. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran: 190)
Hidup manusia mempunyai tahapan2 dan akan berahir menuju akhirat. Orang yang beruntung adalah yang selalu menghitung dirinya, maka beruntunglah mereka yang selalu memperbaiki diri dan istiqomah, memohon ampun kepada Allah dari segala dosa dan salah.
Oleh sebab itu ada tiga hal yang perlu menjadi renungan kita. Agar hari-hari yang telah berlalu dan hari esok akan membuat kita sadar bahwa sesungguhnya manusia tidak dibiarkan saja hidup semaunya, hidup yang dilalui akan dimintai pertanggunganjawaban di akhirat kelak.
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampak baik, tetapi manakala niat mengerjaannya buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh melakukan pekerjaan buruk diniati untuk memperoleh kebaikan.
Maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu ada relevansinya dengan Islam. Artinya, Islam harus dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqhnya, melainkan akan menjawab perbagai persoalan luas secara tidak terbatas yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun.
Sebuah kegiatan hendaknya diawali dengan niat yang tepat, dikerjakan dengan jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih pendekatan atau cara terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai sebuah amal shaleh
Yang kedua, Masalah dunia atau hidup kita. Hidup di dunia ini memang lama, tetapi jika kita bandingkan dengan alam akhirat yang kekal maka waktu di dunia ini merupakan perjalanan yang singkat. Untuk itu dalam segala aktivitas kehidupan ini kita orientasikan kepada nilai ibadah untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
Ada 3 makna dasar hidup menurut Prof Dr Mardan Mag, yaitu : Rasa, Tahu/ Sadar, dan Gerak. "Seorang dikatakan hidup menurut Al-Quran jika memiliki perasaan dalam hidup,". Al-Hayatu (hidup) identik dengan Al-Hayaau (Malu).
Manusia dianggap hidup jika memiliki rasa/ perasaan yang mendorong kebaikan dan malu untuk melakukan hal-hal yang tercela yang dapat merusak ahlak yang dilakukan secara sadar. Sedangkan manusia hidup dituntut untuk gerak secara dinamis dalam arti selalu mampu memberikan manfaat terhadap orang yang ada di sekelilingnya.
Yang ketiga, Masalah akhirat yang akan menjadi tempat tinggal kita selama-lamanya. Terkait masalah akhirat ini perlu kita tanamkan konsep keiIkhlasan untuk niat kita hanya karena Allah dalam semua kata dan amal ibadah yang kita lakukan, dan lakukan amal shaleh sebanyak mungkin yang dapat kita lakukan.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa akhirat menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya.” [HR Tirmidzi, no. 2465].
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS Adz Dzariyat :56)
Inilah pentingnya mengapa kita melakukan evaluasi dan instrospeksi kepada apa yang telah kita lakukan, tentunya evaluasi tersebut kita tujukan kepada diri kita sendiri. Artinya, amal usaha kita yang lalu itu kita evaluasi terus sepanjang masa, agar supaya amal usaha kita diwaktu-waktu yang akan datang menjadi lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan amal usaha diwaktu yang lalu.
Sebab kita hanya berkewajiban berusaha dan berdoa, perkara berhasil atau belum, kita serahkan kepada Allah SWT.
Baca Juga Kajian Lainya :
Keutamaan Manjaga Lisan, Menghindarkan dari Kesombongan dan Kebatilan
Kajian Sumpah Nabi Terhadap 3 Amalan Utama (Sedekah, Sabar, Tidak Mengemis)
Tata Cara Bersyukur, Mazid Takkan Terputus
Pesan Ali Bin Abi Tholib, 4 Amalan yang Sulit
Posting Komentar untuk "Kajian Akhir Tahun Hijriyah, 3 Muhasabah Qodrat Insan Illahi "