Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin yang mampu dan bersedia untuk menggantikan tugas-tugas Rasulullah SAW sebagai kepala negara, pemimpin pemerintahan, dan pemimpin umat Islam.
Tetapi tidak semua tugas Rasulullah SAW. dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin, terutama tugas nabi dan rasul. Khulafaur Rasyidin dijelaskan dalam firman Allah Swt. pada QS At-Taubah ayat 100 yang artinya :
Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 100).
Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah dari empat sahabat Rasulullah SAW. Mereka menjadi khilafah setelah Rasul wafat. Keempat sahabat Rasul tersebut adalah orang-orang yang mengakui Rasul sejak awal diberi tugas oleh Allah Swt.
Sahabat yang menjadi khilafah setelah Rasul SAW wafat adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Baca Juga : Pesan Ali bin Abi Tholib, 4 Amalan yang Sulit
Setelah Rasulullah SAW wafat, kekuasaan politik diserahkan kepada Khulafaur Rasyidin. Masa Khulafaur Rasyidin berlangsung selama 30 tahun, yaitu dari 11-40 H atau 632-660 M. Kendati tergolong singkat.
Tugas-tugas Khulafaur Rasyidin diantaranya adalah sebagai berikut :
- Melanjutkan dakwah dan ajaran Rasulullah.
- Membina, mengatur, dan mengarahkan umat Islam sesuai dengan Al-Quran dan sunah.
- Melanjutkan pemerintahan yang telah dibangun Rasulullah SAW.
- Memerangi kaum murtad yang merusak ajaran agama.
- Memperluas wilayah kekuasaan Islam.
- Mengembangkan ajaran Islam kepada yang belum mengenalnya.
Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin ini adalah masa yang sangat penting bagi perjalanan Islam. Pada masa tersebut disebut sebagai masa pembentukkan fiqih Islam.
Selain itu, setelah hukum syariat-syariat Islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW., para sahabat Rasul yang menjadi khalifah memikul beban dan tanggung jawab yang besar untuk mencari sumber-sumber dari syariat tersebut. Hal tersebut diperlukan untuk menjawab pada masa perkembangan zaman yang tidak ada pada Al Quran dan sunahnya.
Pada saman Khulafaur Rasyidin ini para sahabat Rasul berhasil memperluas Islam hingga ke luar Jazirah Arab. Mereka telah meletakkan dasar-dasar kehidupan dari ilmu Islam kepada kehidupan umatnya.
Baca Juga : Khalifah Umar bin Khattab, Al Faruq (Sososk sang Pembeda)
Pada laman ini gurumurid.id menyajikan sekilas tentang Sayidina Utsman bin Affan
Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib memiliki nama panjang Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Ia lahir di Mekkah tanggal 12 Rajab pada tahun ke-30 setelah kelahiran nabi Muhammad SAW. Ali dilahirkan dari pasangan suami istri bernama Abi Thalib bin Abdul Muththalib dan Fatimah binti Asad. Sebelumnya ibunya memberinya nama Al-Haidarah yang artinya singa, kemudian ayahnya memberi sebutan sebagai Ali.
Pada masa kecilnya, ia dididik dan dibesarkan oleh Rasulullah SAW. Kasih sayang dan kemuliaan yang Rasul berikan kepada Ali ini membentuk karakter Ali. Karena didikan Rasul ia berani masuk Islam di usia yang sangat muda, ia masuk Islam setelah Siti Khadijah. Karena keberanian yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib maka ia diberi gelar dengan nama Singa Allah dan Karamallahu Wajhahu yang memiliki arti semoga Allah memuliakan wajahnya.
Masa kepemimpinan dimulai setelah Utsman bin Affan telah wafat. Pada saat itu umat Islam bingung siapa yang akan mengganti Ustman sebagai pemimpin Islam. Lalu pada saat itu ada yang mengusulkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi pengganti Utsman sebagai khilafah. Semua mayortitas umat Islam setuju dengan diangkatnya Ali sebagai khilafah, kecuali mereka yang hanya setuju dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Semasa menjadi pemimpin ia mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja, ia juga membenahi keuangan dari Baitul Mal, lalu memajukan bidang ilmu bahasa, dan memajukan pembangunan.
Masa pemerintahan yang dijalankan Ali bin Abi Thalib ini berbeda dengan masa pemerintahan sebelumnya, di mana pada saat itu wilayah Islam sudah sangat luas dan sudah banyak terpengaruh oleh masalah duniawi.
Ali juga menghadapi para penentang-penentang yang memunculkan pemberontakan. Bahkan ia juga melawan Zubair bin Awwam dan Aisyah karena oa dianggap tidak menuntaskan perkara pembunuhan Utsman bin Affan.
Pertentangan ini semua mengakibatkan timbulnya Perang Jamal atau disebut sebagai perang unta karena Aisyah yang menunggang unta untuk berperang. Pertentangan Ali dan Muawiyah juga menimbulkan Perang Siffin.
Lalu perang-perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Karena semua perestiwa yang terjadi itu mengakibatkan munculnya tiga golongan dalam Islam, yaitu Khawrij, Murji’ah, dan Syi’ah. Ketiga golongan mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam.
Posting Komentar untuk "Khalifah Ali Bin Abi Tholib Karamallahu Wajhahu, Sang Singa Allah"